Teman Heru
Setelah menerima pesan dari si kembaran, Hera kembali fokus menonton drakor di laptopnya.
Nyeri perutnya tadi pagi sudah sembuh, jadi Hera bisa bersantai dulu sekarang. Namun, saking santainya Hera jadi keblablasan dan hampir lupa kalau teman-teman Heru bakalan datang ke rumah. Gadis itu kontan kelabakan begitu mendengar suara bel pintu berbunyi. Masalahnya di rumah sekarang hanya ada Hera sendiri, jadi kalau bukan dia ya bukain pintu siapa lagi?
Alhasil Hera langsung meloncat turun dari ranjangnya lalu berlari menuruni anak tangga, ia sampai lupa pesan Heru di chat tadi. Karena malas naik lagi ke atas untuk mengambil baju, Hera memutuskan untuk berlari ke jemuran belakang dan mengambil kaos kedodoran milik Heru. Berhubung kaosnya memang lumayan besar bahkan di badan Heru sendiri, begitu Hera pakai justru kelihatan seperti daster selutut.
“Eh, ada Hera.” sapa Janu begitu pintu terbuka. Pemuda itu melambaikan tangannya dengan senyum lebar, sayangnya Hera tidak merespon apa-apa.
“Masuk dulu, Herunya masih di luar.”
Janu dan Rafa mengekor Hera yang membawa mereka ke ruang tamu. Keadaan rumah yang sepi membuat Rafa bertanya,
“Ibun lo kemana, Ra? Sepi banget nih rumah.”
“Kayaknya tadi ke luar deh, nggak tau kemana dari tadi gue di kamar.”
“Nggak kuliah?”
“Libur dulu.”
“Kenapa?”
Janu menyikut pelan perut Rafa. “Kepo banget lo tanya-tanya, pacar gue nih!”
“Buset dah lo sama Heru sama aja ya, sama-sama posesif!”
Hera merotasikan bola matanya jengah melihat tingkah Janu barusan. Baru pacaran taruhan saja dia sudah begitu, tidak kebayang pacaran betulan kayak gimana. Eh, bukan maksud Hera ingin pacaran betulan dengan Janu ya. Ini pengandaian saja.
“Oh, ada tamu ya?”
Baru saja Hera ingin ke dapur untuk membuatkan minum, tau-tau Ibun sudah muncul di ambang pintu dengan tangan menenteng plastik berisi sayuran segar.
Kehadiran Ibun membuat Hera menghela napas lega, dengan begitu kan dia jadi bisa balik lagi ke kamar. Biar Ibun yang mengurus tamu-tamu Heru seperti biasanya.