She Knows
“La, kita ini teman kan?”
Sore itu, sambil mengunyah chicken katsu di food court lantai empat sebuah pusat perbelanjaan, Audy bertanya pada Kila dengan nada santai. Pertanyaannya yang terkesan tiba-tiba itu tentu saja membuat Kila kebingungan, kesannya seperti pertemanan mereka sedang diragukan sekarang.
“Apa banget deh lo nanyanya gini, ya iyalah kita ini teman,” jawab Kila keheranan.
“Kalau gitu nggak ada yang perlu ditutupin dari gue kali.”
'Waduh, apa nih maksudnya?' Kila sukses dibuat panik, pikirannya pun mulai melayang kesana kemari mencoba menebak apa maksud pertanyaan Audy. Menyerah sebab tidak mampu menemui jawabannya, Kila memutuskan untuk bertanya.
“Maksudnya gimana, Dy?”
Gadis dengan rambut panjang bergelombang serta poni yang menutupi kening itu nampak tersenyum simpul, pipinya turut bergerak guna mengunyah makanan yang ada di mulutnya saat ini. Selama beberapa saat hening di antara mereka, Audy sibuk menikmati makanannya sementara pikiran Kila mulai berkecamuk.
“Dy, jawab!” seru Kila tidak sabaran.
Audy mulai memusatkan atensinya pada Kila, menatapnya dalam selama beberapa saat, sebelum kemudian kalimat itu keluar dari bibirnya.
“Lo udah nikah kan, La? Sama pemilik Cloud Sky Hotel, Marcelino Herdiawan.”
Seakan baru saja mendengar suara petir yang membuat telinga berdenging, Kila terdiam tanpa suara. Pupil matanya membesar, sebab terkejut atas pernyataan yang baru saja dilontarkan temannya tersebut. Kila ingin sekali menyangkal, mengatakan bahwa semua itu tidak benar, semua ini hanya salah paham. Tapi nyatanya yang keluar dari bibirnya justru pertanyaan lain.
“Lo tau dari mana?” Yang kemudian langsung disesali Kila saat itu juga.
Audy kontan terbahak, chicken katsunya pun sejenak terabaikan. Kila yang kebetulan duduk di seberang meja itu hanya bisa meruntuki kecerobohannya sendiri. Seharusnya dari awal langsung ia sangkal saja tadi, bukan malah menanyakan dari mana Audy tau masalah ini. Kalau begini ceritanya sih sama saja Kila membongkar rahasia sendiri.
“Tadinya gue cuma mau ngetes aja sih, dan ternyata beneran ya?”
“Audy, gue—–”
“Tenang aja, Kila, gue gak bakal bilang ke siapa-siapa kok tentang hal ini. Lo bisa percaya sama gue.”
Meskipun luarnya tampak menyebalkan dan asal ceplas-ceplos, aslinya Audy memang teman yang baik. Kila sudah mengenalnya sejak berada di bangku sekolah menengah pertama, kebetulan mereka satu sekolah waktu itu sebelum kemudian bertemu kembali di kampus yang sama. Mereka cukup akrab waktu SMP, dan Kila tau betul kalau Audy memang bisa dipercaya. Gadis itu bukan tipe orang yang akan menyebarkan rahasia pribadi seseorang, terlebih lagi temannya sendiri.
“Sejak kapan lo tau, Dy?” Kila bertanya lagi, kali ini benar-benar penasaran. Pantas saja selama di grup chat gadis itu sering sekali meledekinya perihal pernikahan, ternyata dia memang tau.
“Sejak hari pernikahan kalian,” Audy menyeruput minumannya terlebih dahulu sebelum kemudian melanjutkan ceritanya. “Hari itu kan si, siapa itu nama panggilan laki lo?”
“Awan.”
“Iya itu, si Awan. Dia kan ada ngeupload foto pernikahan kalian di twitter. Muka lo emang nggak begitu jelas sih, fotonya juga diambil dari jarak yang jauh, ditambah lagi dia nggak ngetag ataupun follow lo sama sekali. Tapi di hari itu ternyata salah satu mutual gue ada reply di salah satu postingannya si Awan, makanya foto itu bisa lewat di tl gue. Kita kan temenan udah lama ya, La, jadi gue cukup bisa mengenali fitur wajah lo yang ada di foto itu. Tadinya emang nggak mau percaya, tapi mau dilihat berulang kali pun yang gue liat itu tetap lo.”
“Terus kenapa selama ini lo diam aja? Kenapa nggak nanya ke gue kebenarannya?”
“Karena gue yakin lo punya alasannya, Shakila. Lo pasti nggak mau kan kalau gue, Nao, Vano, ataupun anak-anak kampus pada tau tentang ini? Makanya di berita dan artikel manapun nggak ada yang ngepublish muka lo, bahkan identitas lo pun benar-benar dirahasiakan. Lo mencoba untuk menutupi pernikahan ini supaya nggak ada satupun yang tau. Awalnya gue nggak ngerti sih kenapa berita bahagia kayak gini harus lo tutup-tutupin, tapi gue berusaha coba menghargai keputusan lo makanya gue memilih buat diam aja.”
“Audy....”
Nggak bohong sih, rasanya Kila mau nangis setelah mendengar penjelasan dari Audy. Gadis itu betul-betul mengerti dirinya dengan sangat baik, dan Kila bersyukur bisa memiliki teman sebaik Audy.
“Nggak usah nangis terharu gitu kali, malu-maluin!”
Kila terkekeh pelan hingga air di sudut matanya jadi ikutan menetes, Audy sendiri hanya geleng-geleng kepala tak habis pikir saat melihat reaksi Kila yang menurutnya berlebihan.
“Nao sama Vano masih belum tau tentang ini, gue juga bakal tutup mulut dan bersikap seolah nggak tau apa-apa. Tapi gue minta sama lo buat jujur ya, nggak harus sekarang kok, mungkin suatu saat nanti. Walau bagaimana pun juga Nao sama Vano kan teman kita, berita kayak gini harusnya mereka juga tau.”
“Iya, Dy. Gue ngerti kok.”
“Bagus kalau lo ngerti.”
Bersamaan dengan kalimat terakhir yang dilontarkan Audy, ponsel Kila yang berada di atas meja bergetar. Sebuah pop up notifikasi terlihat di lockscreen ponselnya, menampakkan kontak bernama 'Awan bawel' yang tanpa sengaja terlihat oleh mata Audy. Gadis itu langsung cengengesan tidak jelas, sisi menyebalkannya pun kembali kumat.
“Cie cieee, suami lo tuh, La.”
“Audy, diem!”
Meskipun tidak memiliki perasaan lebih pada Awan, nyatanya Kila tetap tersipu saat Audy menyinggung perihal suami. Jadi gadis itu buru-buru meraih ponselnya dan membuka imess yang baru saja dikirim oleh suam—– Eum, ralat. Maksudnya Awan,
Awan bawel.