Rencana Double Date
Mood Amel seketika buruk, yang tadinya sudah bersemangat ingin makan siomay malah berujung diaduk-aduk saja. Amel kehilangan selera makan karena ulah Tissa dan kedua temannya tersebut.
Gadis itu mendengus kasar, meletakkan garpu ke atas piring, lalu menenggak es tehnya hingga tersisa setengah. Terhitung sudah lima belas menit ia berada di kantin. Tidak ditemani siapa-siapa, hanya sendirian. Ini sudah biasa, nasib mahasiswa yang tidak punya circle ya begini. Kemana-mana sendiri, ngantin sendiri, nugas sendiri. Ya intinya apa-apa sendiri, anggap saja latihan agar bisa lebih mandiri ke depannya.
Amel sudah berniat untuk meninggalkan kantin saat salah seorang gadis datang menghampirinya seraya berseru dengan suara nyaring, sanggup membuat seisi kantin menoleh ke arah mereka nyaris secara bersamaan.
“KAK AMEL!”
Yang punya nama meringis menahan malu, dalam hati meruntuki suara cempreng Alisha yang membuat mereka jadi pusat perhatian. Alisha sih santai saja, dia mengambil tempat di seberang meja Amel sembari meletakkan piring berisi siomay di atasnya.
“Udah mau pergi, Kak?” Alisha bertanya, membuat Amel yang tadinya setengah berdiri kembali duduk di kursinya.
“Nggak, nggak jadi. Kok tumben baru ngantin?”
“Iya nih tadi ke perpus dulu, pas ingat Kak Amel biasanya jam segini ada di kantin gue langsung buru-buru nyusul kemari.”
“Di perpus nugas?”
“Enggak.”
“Terus?”
“Pacaran.”
“Dih?”
Seketika itu pula Alisha tertawa hingga bahunya terguncang. Amel sendiri berdecak tak habis pikir, bisa-bisanya perpustakaan yang biasanya untuk belajar malah dijadikan tempat untuk pacaran. Alisha sesat sekali memang.
Ngomong-ngomong, Alisha yang biasanya akrab disapa Caca ini adik tingkatnya Amel. Dia mengambil jurusan Hukum Tata Negara, baru semester dua, penyuka siomay juga sama sepertinya. Berhubung Amel sendiri suka nongkrong di kantin dekat gedung F, yang mana itu adalah kelasnya Alisha, mereka jadi sering bertemu saat ada di kantin. Beberapa kali terlibat percakapan seru sambil menyantap sepiring siomay, hingga berujung jadi teman akrab sampai sekarang.
“Kak, lo kok jahat banget sih nggak pernah cerita kalau lagi dekat sama Kak Cetta? Tau-tau udah jadian aja, itu pun nggak ngasih tau gue.”
Amel meringis menanggapi keluhan Alisha tersebut. Bukan maksud tidak ingin cerita, masalahnya ya semua ini terjadi begitu cepat. Bertemu dengan Cetta saja tidak disengaja, tau-tau diajak pacaran. Secepat itu prosesnya, meski agak tidak masuk di akal sebenarnya.
“Hehe, ya gitu deh. Maaf ya.”
Bibir Alisha mengerucut, dia menelan siomay di mulutnya masih dengan raut wajah kesal. “Untung Kak Doy ngasih tau, kalau nggak mungkin sampai sekarang pun gue nggak bakalan tau. Apalagi gue nggak follow base kampus.”
“Pacar lo update banget ya, Ca, masalah ginian.”
“Lah, pacar gue kan temannya Kak Cetta.”
“Hah, masa iya? Gue pikir Cetta nggak punya teman namanya Doy?”
Wajah polos Amel saat kebingungan terlihat lucu di mata Alisha, gadis itu sontak menertawai si kakak tingkat di depannya ini.
“Ya jelas aja, nama aslinya bukan Doy kok. Itu cuma panggilan sayang aja dari gue. Pacar gue sih namanya Darrelio Ekawira, Kak. Biasa dipanggil Darrel.”
“Darrel? Yang mana sih orangnya?”
Alisha sih semangat ya kalau sudah ditanya begini, lumayan bisa pamer katanya. Jadi dia buru-buru mengambil ponselnya dan membuka galeri foto, ada lumayan banyak foto pacarnya di ponsel tersebut. Jadi Alisha pilih foto Darrel yang menurutnya paling ganteng untuk ditunjukkan ke Amel.
Kening Amel lantas mengerut saat menatap foto laki-laki di layar ponsel tersebut. Sebabnya sudah cukup jelas, dia pernah bertemu dengan laki-laki itu sebelumnya. Laki-laki yang ribut dengannya di parkiran gedung B.
“Lah, si cowok aneh?!” seru Amel blak-blakan.
Alisha yang tidak terima pacarnya dikatain aneh tentu saja langsung protes.
“Dia nggak aneh, Kak. Tapi ganteng.”
“Di mata gue dia aneh, Ca. Nyebelin banget orangnya.”
“Pernah ketemu?”
“Pernah, sampai ribut bahkan sama dia.”
“Buset,” Alisha berdecak tidak percaya, matanya sampai membulat. “Kok bisa sih?”
“Ya, gitu. Ah, nggak usah ngomongin dia deh. Males!”
“Kak Doy baik kok, cuma agak nyebelin sih emang,” ringis Alisha tak enak hati. Gadis itu menjauhkan piring siomay yang telah selesai ia habiskan isinya, lalu berkata dengan nada antusias. “Kak, udah dengar kabar belum katanya malam ini ada pasar malam di alun-alun kota? Cuma seminggu loh,”
Amel langsung mendekatkan kotak tisu saat menyadari adanya noda saos kacang di sudut bibir Alisha, gadis di depannya itu langsung nyengir dan mengambil selembar tisu untuk membersihkan mulutnya.
“Oh ya? Gue baru tau malah, lo mau kesana?”
Tanpa banyak berpikir Alisha langsung mengangguk antusias, senyumnya mengembang begitu ceria dengan mata berbinar.
“Kan lo udah punya pacar nih, Kak. Gue juga udah, gimana kalau kita double date aja ke pacar malam?”
Kening Amel seketika mengernyit kebingungan. “Double date?”
“Iya. Gue sama kak Doy, lo sama Kak Cetta. Gimana, Kak?”
“Kapan? Malam ini?”
“Iya kalau bisa.”
“Gue tanya Cetta dulu deh ya, takutnya dia ada kesibukan.”
Alisha mengangguk mengerti. “Santai aja, Kak Amel. Kalau semisal nggak bisa malam ini kan masih ada malam-malam besoknya, kabarin aja pokoknya.”
“Oke deh, nanti gue kabarin ya.”