Cantik

Meskipun kelihatannya tidak nampak peduli, sejujurnya Hera penasaran juga lagu apa yang bakal dibawakan Janu setelah ini.

Selagi menunggu penampilan The Dreamers selanjutnya, Hera menikmati makanan yang tersaji di atas meja sembari sesekali menanggapi fangirling-annya Savita pada sosok Rafa beberapa saat lalu. Temannya itu tidak hentinya memuji Rafa. Mengatainya punya suara seindah surga, wajah tampan seperti malaikat, dan berbagai kalimat hiperbola lainnya. Hera sih iya-iya saja, bermaksud menghargai kesukaan Savita tersebut.

Hingga tidak lama kemudian datanglah Heru bersama Emil juga seorang gadis yang tentu saja Hera kenal. Itu Misel, teman sekelompoknya sewaktu ospek. Dia juga berhasil menyabet predikat sebagai Queen Ospek NCU 2021, dan membuat namanya jadi terkenal di kalangan anak-anak kedokteran maupun di kampus. Tidak mengherankan memang karena Misel itu pintar dan kompeten, dengar-dengar sih anak akselerasi juga. Cantik pula.

“Loh, Hera?” Misel yang menyapa lebih dulu.

“Misel, lo di sini juga?”

“Hah? Kalian saling kenal?” Emil ikut menyahuti, pandangan Hera kemudian tertuju pada tautan tangan Emil dan Misel.

“Kalian ....”

“Mereka pacaran, udah nggak usah kepo.” jawab Heru sembari iseng meraup wajah Hera dan duduk di sebelahnya.

Saking shocknya dengan fakta tersebut, Hera sampai tidak sempat protes pada tindakan menyebalkan Heru barusan. Ia malah fokus pada Emil dan Misel yang sama-sama mengambil tempat di depannya.

“Beneran pacaran?”

Emil memamerkan tautan jari mereka pada Hera. “Iya, backstreet tapi. Jangan bilang siapa-siapa ya? Soalnya Misel nggak mau diteror fans-fans gue katanya.”

Misel yang mendengar itu kontan meringis, tatapan matanya seolah memohon agar Hera mau tutup mulut perihal hubungan mereka. Berhubung Hera ini paham bagaimana rasanya pacaran dengan laki-laki yang punya banyak fans, jadi ia pun berjanji akan menutup mulutnya rapat-rapat.

“Selamat malam semuanya...”

Suara lembut Rafa menyapa gendang telinga semua orang, membuatnya kembali menjadi pusat perhatian. Savita shock berat begitu tau Rafa kembali naik ke atas panggung karena sempat mengira penampilan The Dreamers telah berakhir tadi, rupanya masih ada penampilan lainnya.

Hera juga tidak kalah kaget saat menemukan Janu duduk di salah satu kursi tinggi sembari memangku sebuah gitar, nampaknya mereka akan berduet.

“Sejujurnya penampilan yang bakal gue sama Janu bawakan ini nggak terencana sih, kami baru sempat latihan beberapa kali atas dasar iseng doang. Eh katanya si Janu mau bawakan lagu ini sekarang, dan untuk yang pertama kalinya kalian bakal dengar Janu nyanyi.”

Sontak saja gemuruh tepuk tangan dari orang-orang terdengar, terlebih lagi setelah mendengar kalimat lanjutan dari Rafa yang membuat penonton semakin bersemangat.

“Judul lagunya Cantik, kata Janu lagunya khusus buat perempuan cantik yang pakai baju warna biru dan duduk di sebelah sana.”

Seisi kafe langsung menujukan pandangannya pada Hera, kebetulan sekali satu-satunya perempuan yang memakai baju warna biru sekarang hanyalah dia. Tidak hanya pengunjung kafe saja yang sibuk ngecengin Hera, sampai Savita dan Misel pun ikut berucap seperti...

“ciee ... ciee ... Hera.” Lalu tertawa bersamaan.

Hera hanya bisa menunduk, malu. Ia paling tidak suka jadi pusat perhatian begini. Seolah tidak mengerti akan hal itu, Janu justru semakin menambah rasa malunya.

“Almahera, jangan nunduk gitu dong. Nanti wajah cantiknya nggak kelihatan.”

Cieee....”

ihiw!!”

kiw kiw neng cantik ...”

Astaga, ini satu kafe niat banget ngecie-ciein Hera. Savita juga sibuk menyenggol lengannya agar Hera mau mendongak, tapi ia tidak mau sebab masih mencoba menutupi rasa malunya. Beruntung setelah itu suasana kafe langsung senyap, digantikan oleh suara petikan gitar yang Janu mainkan dan disusul suara lembut Rafa yang menyanyikan lirik awal lagu Cantik dari Kahitna tersebut.

Cantik... Ingin rasa hati berbisik Untuk melepas keresahan Dirimu

Cantik... Bukan ku ingin mengganggumu Tapi apa arti merindu Selalu... Ooo...

Walau mentari terbit di utara Hatiku hanya untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta Tentu saja kan kubalas seisi jiwa Tiada lagi Tiada lagi yang ganggu kita Ini kesungguhan Sungguh aku sayang kamu

Kali ini di bagian lirik selanjutnya, gantian Janu yang bernyanyi. Dia kelihatan tampan dengan jaket merah serta gitar di pangkuan, sesekali mata pemuda itu akan melirik ke arah Hera dan tersenyum di sela nyanyian.

Cantik... Bukan kuingin mengganggumu Tapi apa arti merindu Selalu... Ooo...

Walau mentari terbit di utara Hatiku hanya untukmu...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta Tentu saja kan kubalas seisi jiwa Tiada lagi Tiada lagi yang ganggu kita Ini kesungguhan Sungguh aku sayang kamu

Ingin ku berjalan menyusuri cinta Cinta yang abadi untukmu selamanya...

Ada hati yang termanis dan penuh cinta Tentu saja kan kubalas seisi jiwa Tiada lagi Tiada lagi yang ganggu kita Ini kesungguhan Sungguh aku sayang kamu

Suara Janu terdengar lebih berat ketimbang Rafa, dan meski teknik bernyanyinya tidak sebaik Rafa, harus Hera akui kalau Janu memiliki bakat dalam bernyanyi. Dia hanya kurang terasah saja, ditambah lagi penghayatannya saat bernyanyi membuat semua orang termasuk Hera menjadi kagum.

Hingga sampailah di akhir lagu, semua orang memberikan tepuk tangan yang meriah dan memuji betapa baiknya mereka menyanyi. Rafa sibuk mengucap terima kasih, sedangkan Janu mendekatkan mic-nya lalu berkata dengan suara lantang.

“Hera, aku sayang kamu!!”

Sungguh, Hera malu banget malam ini. Tapi di lain sisi, entah kenapa ia justru merasa senang.

Janu, sepertinya kamu mulai berhasil merebut perhatian Hera sekarang. Dan yang pasti, perhatian semua orang malam ini.