Big Baby Energy

Beryl mendaratkan bibirnya lebih dulu pada Genta, dan pemuda itu menyambut ciumannya dengan gerak cepat. Seolah tidak memberikam kesempatan bagi sang istri untuk berubah pikiran dan melepas lumatan bibir mereka.

Seperti biasa, selagi bibirnya melumat habis bibir sang istri, tangan Genta tidak tinggal diam. Tangan itu sibuk bergerilya menyentuh tubuh Beryl, di manapun bagian yang bisa ia sentuh. Kali ini paha Beryl yang terbuka adalah sasarannya, Genta tersenyum senang karena membelikan gadis itu sebuah dress dengan belahan panjang di bagian paha, niat awalnya memang agar memudahkan gadis itu saat berjalan. Namun niat terselubungnya adalah agar bagian tersebut bisa dengan mudah ia sentuh jika ada kesempatan, seperti saat ini.

Beryl melenguh di sela ciuman mereka saat tangan Genta mengusap paha dalamnya dengan gerakan lembut. Kebetulan Beryl juga tidak menggunakan lapisan celana lagi di balik dress tersebut selain celana dalamnya, dan hal tersebut tentu saja membuat si pemuda tersenyum senang.

Merasa bahwa napas istrinya nyaris habis, Genta melepas tautan bibir mereka dan beralih untuk menciumi leher sang istri. Tidak, bukan hanya mencium. Namun juga menghisapnya dengan kuat hingga meninggalkan bekas. Beryl sudah akan protes sebenarnya, namun protesannya tertahan oleh desahan saat tangan Genta menyentuh miliknya di bawah sana.

Sial, Genta paling tau cara membuat Beryl menjadi tidak berdaya seperti ini.

Puas dengan bagian leher, bibir Genta kemudian berpindah pada telinga si gadis. Ia memberikan kecupan lembut, menggigit daun telinga itu karena gemas, dan menghembuskan napas hangatnya dengan sengaja di sana. Tindakannya barusan membuat Beryl meremas bahu kemeja Genta tanpa sadar, gadis itu sampai harus menggigit bibir bawahnya sendiri agar tidak kelepasan mendesah. Sebab telinga adalah salah satu bagian sensitif di tubuhnya, Beryl seketika merinding saat suaminya kembali menghembuskan napas hangat itu di sana.

“Aku lagi pengen, Bey. Boleh ya?” bisik Genta di telinga Beryl. Suaranya terdengar parau, dan kejantanannya yang ditekan oleh pantat Beryl terasa semakin keras.

Beryl bisa merasakan itu, dan ia bisa melihat adanya kabut gairah di mata Genta saat mata mereka bertemu. Sebenarnya Beryl ingin menolak, sebab beberapa jam lagi mereka ada acara dinner jam 7 malam. Genta bilang dia tidak ingin sampai datang terlambat. Namun jika sekarang mereka melakukan 'itu' sekarang, Beryl tidak yakin akan selesai dalam waktu singkat.

Namun, bagaimana caranya ia bisa menolak di saat jemari Genta mengusap kewanitaannya dari luar celana dalamnya yang mulai basah. Beryl kesulitan berpikir jernih, isi kepalanya mendadak kotor. Ia hanya menatap Genta dengan tatapan sayu, sementara pemuda itu kembali menyerang bibirnya. Kali ini lebih kasar dan menuntut dari yang sebelumnya, Genta seolah tidak menunggu persetujuan dari Beryl untuk melakukannya.

Pemuda itu menggigit bibir bawah sang istri secara tiba-tiba. Beryl yang terkejut kontan membuka mulut, dan hal tersebut dimanfaatkan Genta untuk mengeksplor rongga mulut sang istri. Lidahnya bertemu dengan milik Beryl, saling bergulat dan membelit di dalam sana, tak lupa mengabsen satu persatu deretan gigi putihnya yang tersusun rapi.

Ciuman itu membuat Beryl kewalahan, ia melepaskan tautan bibir mereka lebih dulu untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya. Sementara itu bibir Genta berpindah ke tempat lain, kali ini bahu telanjang Beryl yang jadi sasarannya. Satu tangannya yang semula melingkar di pinggang sang gadis kini beralih untuk menurunkan resleting dress di bagian punggung. Karena memang dressnya masih baru, resletingnya bisa dengan mudah diturunkan, dan dress iru seketika merosot turun hingga ke perut Beryl.

Semula gadis itu tidak sadar atas apa yang dilakukan Genta, sebab terlalu pusing oleh sensasi ciuman pemuda itu di bahu dan telinganya, juga usapan lembutnya di selangkangannya. Sampai kemudian bunyi 'ctak' dari kaitan bra tanpa lengannya yang terlepas, membuat Beryl seketika menahan lengan sang suami.

“Jangan sekarang, kita ada dinner abis ini.”

Genta menatapnya dengan wajah memelas, “Aku maunya sekarang, Bey. Udah nggak tahan lagi.”

“Tapi—–”

“Please, kamu nggak kasihan sama dia?” Genta menuntun tangan Beryl ke arah kejantanannya yang makin mengeras, seolah berteriak minta dibebaskan sesegara mungkin. “Sesak, Bey.”

Beryl menggigit kulit pipi bagian dalamnya, ia jelas bisa merasakan betapa 'siap'nya Genta sekarang. Ditambah lagi wajah melasnya bikin Beryl jadi tidak tega. Selama ini Genta sudah cukup lama menahan diri, jadi Beryl pikir tidak ada salahnya jika mereka berdua melakukan hal itu sekarang.

Akhirnya Beryl memberikan anggukan sekaligus izin pada pemuda itu. Genta kelihatan senang sekali, ekspresi wajahnya bercampur lega. Pemuda itu kembali menyeramg bibir Beryl yang mulai membengkak akibat ciuman panas mereka sebelumnya, tapi Genta tidak peduli. Setan-setan di kepalanya sedang bersorak sorai di dalam sana, membuat Genta seketika tuli bahkan saat Beryl memintanya untuk tidak kasar sebelum bibir si gadis ia bungkam dengan ciuman panas untuk yang kesekian kali.

Genta kalau sudah mode 'serang' begini cukup sulit untuk dikendalikan, alhasil Beryl sendiri yang jadi kewalahan mengimbanginya. Merasa kalau posisinya mulai tidak nyaman, Genta mengangkat tubuh sang istri untuk dibaringkan di atas ranjang. Dress hitam Beryl sudah lenyap entah sejak kapan, bahan dressnya yang licin memang mudah sekali untuk dilepaskan. Sekarang, gadis itu hanya mengenakan celana dalam sementara Genta masih berpakaian lengkap.

Ciuman mereka masih terus berlanjut bahkan saat satu tangan Genta sibuk membuka kancing kemejanya. Agak kesulitan memang, sebab satu tangannya yang lain ia gunakan untuk menyangga tubuh agar tidak sampai mejindih Beryl di bawahnya.

Mengerti akan kesulitan suaminya, Beryl berinisiatif membantu melepaskan kancing kemeja itu. Begitupula dengan dasi yang melingkar longgar di lehernya.

“Ahh...” desahan Beryl lolos saat Genta memasukkan putingnya ke dalam mulut, menyusu layaknya seorang bayi yang kehausan. Satu tangannya yang bebas Genta gunakan untuk memainkan puting yang satunya dengan gemas.

Mulut hangat Genta yang dipadukan dengan remasan kuat pada payudaranya yang lain menciptakan sensasi yang memabukkan, seketika Beryl kehilangan kendali tubuhnya. Tangannya bergerak sendiri tanpa diperintah unruk menekan kepala Genta di payudaranya, seolah meminta pemuda itu untuk menghisapnya lebih kuat lagi dan membuat celana dalamnya semakin basah di dalam sana.

“Genh, jangan digigithh...”

Bibirnya boleh saja berkata begitu, namun nyatanya tangannya masih menekan kepala Genta di dadanya bahkan ketika mulut sang suami berpindah untuk mengulum puting yang satunya. Rasa sakit bercampur nikmat yang candu membuat perut Beryl seperti dikelitik, ia kembali mendesah entah untuk yang keberapa kali.

Beryl sempat berjengit kaget saat tangan Genta diam-diam menelusup masuk ke balik celana dalamnya. Pemuda itu tersenyum di sela kegiatan menyusunya pada Beryl, senang rasanya melihat gadis itu 'basah' karenanya.

Semakin basah kewanitaan itu, semakin sensitif pula dia pada sentuhan. Bahkan meskipun baru sentuhan kecil, tetap tak gagal membuat si empunya mendesah kenikmatan. Genta melepas lumatannya pada puting merah menantang milik Beryl untuk melihat ekspresi wajah gadis itu saat miliknya Genta sentuh. Tidak hanya menyentuh permukaannya, tapi ia mulai memasukkan satu jarinya di dalam sana dan membuat gerakan maju mundur dengan teratur.

Seperti yang bisa diduga, Beryl luar biasa seksi di saat-saat seperti ini. Wajahnya memerah dengan keringat di keningnya, suhu tubuhnya panas, tatapan matanya sayu, dengan bibir setengah terbuka. Tatapan mereka bertemu, dan Genta bisa langsung tau betapa menikmatinya gadis itu sekarang dengan jarinya di dalam sana.

“Kamu suka, hm?” goda Genta dengan senyum evilnya.

Jari pemuda itu panjang dan berykuran cukup besar, bagaimana mungkin Beryl bisa tidak suka?

Alhasil gadis itu mengangguk tanpa rasa malu.

Genta tersenyum senang, kemudian bantu melepaskan celana dalam milik Beryl yang mulai dirasa menganggu lalu melemparnya ke sembarang arah. Kini gadis itu sudah tidak memakai sehelai benangpun.

“Buka kaki kamu.”

Beryl menurut, ia membuka kedua kakinya lebar-lebar sesuai permintaan Genta. Pemuda itu kembali menambah jumlah jarinya di dalam sana, rasanya jadi makin sempit. Jika dua jarinya saja sudah sesempit ini, bagaimana dengan kejantannya? Genta sudah tidak sabar ingin mencobanya.

“Gen, aku ... mau keluar.”

Paham akan maksud istrinya, Genta mengangguk singkat seraya mempercepat gerak jarinya di kewanitaan Beryl. Milik gadis itu sudah mulai berkedut, dan jari Genta seperti sedang diremas kuat oleh dinding vaginanya. Beryl meremas sprei di sisi kepalanya saat orgasme pertamanya berhasil keluar, ia tersenyum puas.

“Kali ini biarin aku masuk ya?” pinta Genta, wajahnya berada tepat di atas Beryl dengan posisi setengah menindih tubuh si gadis.

Beryl yang masih agak lelah setelah pelepasannya tadi menjawab dengan suara super pelan, “Jam berapa sekarang?”

“Nggak tau, aku nggak peduli.”

“Terus dinner-nya?”

“Aku nggak peduli, Berrylia. Dinner itu nggak penting, aku bisa batalin itu kapan aja. Tapi nggak dengan kegiatan kita sekarang.”

Beryl terkekeh geli seraya menepuk pelan pipi Genta dengan jarinya, “Dasar mesum nggak sabaran.”

“Ayolah, aku udah menahan diri selama empat bulan ini. Aku nggak yakin masih bisa menahan lebih lama lagi” Genta mulai merengek, frustasi juga dia.

“Kasian dia, pasti udah bosan di dalam sana.”

Entah dapat keberanian dari mana, tau-tau tangan Beryl sudah mendarat pada milik Genta yang menonjol dari balik celana kerjanya. Ia meremasnya dengan kuat, membuat napas Genta seketika tercekat dan mencengkram sprei di sisi kepala Beryl tanpa sadar.

Napas Genta mulai memburu, gairah di tubuhnya tak lagi bisa dibendung. Matanya berkabut gairah dan kejantanannya makin keras di tangan Beryl.

“Jangan mempermainkan aku, Bey.” Genta menjatuhkan kepalanya di antara ceruk leher gadis itu saat tangan nakal Beryl meremas kuat miliknya di bawah sana.

Genta sudah lebih dari kata siap, si gadis kemudian tersenyum.

“Yaudah boleh, tapi jangan kasar. Aku masih harus berangkat kerja besok pagi, jangan bikin aku kesulitan berjalan.”

Ucapannya itu seketika membuat Genta mengangkat kepala, senang sekali dia mendengarnya.

“Aku janji!”

Lalu tanpa membuang banyak waktu, Genta segera melepas celana kerjanya begitujuga dengan celana dalam. Kini, terpampanglah miliknya yang sudah tegak berdiri dan siap untuk menyerang itu.

Beryl meneguk ludah, mulai khawatir dengan keputusannya sendiri. Melihat milik Genta sekarang bikin dia jadi ketar-ketir.

'Gimana kalau nggak muat?' Itu yang dia pikirkan saat ini. Rasa-rasanya miliknya tidak selebar itu untuk ukuran Genta yang sebesar itu.

Namun, belum sempat ia berubah pikiran Genta kembali mengurungnya di bawah. Satu kaki Beryl ditekuk agar memudahkan milik Genta untuk masuk, kejantanan pemuda itu sudah berada di bibir kewanitaannya.

Beryl kembali meneguk ludah, kedua tangannya berpegang pada bahu Genta yang kokoh. Tidak bohong, ia takut. Luar biasa takut.

“Genta,” cicitnya

Pemuda itu menatapnya, “Hm?”

“Tolong pelan-pelan.”

Satu kecupan mendarat di keningnya, Genta tersenyum pada Beryl guna meyakinkam kalau gadis iru akan baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan apalagi ditakutkan.

“Percaya sama aku.”

Satu kalimat itu berhasil merilekskan tubuh Beryl yang semula tegang, senyum hangat Genta turut menjadi alasan. Sejak tadi pemuda itu terus saja tersenyum dengan tatapan intens ke arah sang istri, satu tangannya mengusap lembut puncak kepala Beryl, sementara yang satunya lagi mencoba mengarahkan miliknya untuk mulai masuk pada liang kewanitaan Beryl.

“Tahan sedikit ya, ini bakalan sakit. Cakar aja badan aku buat ngelampiasin rasa sakitnya.”

Perkataan Genta bukan omong kosong swmata, karena ternyata rasanya betulan sakit. Padahal baru kepalanya saja yang masuk, itu belum ada setengah!

Genta tidak tega sebenarnya, ekspresi gadis itu betul-betul kesakitan. Kuku jari Beryl yang belum sempat dipotong menancap kuat pada bahu telanjang Genta. Rasaaya sakit, tapi ia tau tidak lebih sakit dengan apa yang dirasakan gadis itu sekarang.

“Gen,” ringis Beryl nyaris menangis, Genta kembali mengecup keningnya penuh kasih sayang.

“Belum masuk setengahnya, Bey. Tahan sedikit lagi ya? Aku janjinsetelah ini kamu cuma bakal mgerasain enak.”

Mau tau rasanya? Sakit, itu sudah pasti. Badannya serasa terbelah dua,dan ada sesuatu yang robek di dalam sana. Beryl ingin menjerit awalnya, namun bibirnya lebih dulu dibungkam oleh ciuman lembut dari Genta. Setetes air mata Beryl meluncur turun yang kemudian langsung suaminya usap dengan ibu jari, bibir pemuda itu melumat milik Beryl untuk mengalihkan rasa sakitnya. Kuku jari gadis iru semakin menancap kuat saat kejantannnya berhasil masuk seluruhnya ke dalam lubang kewanitaan Beryl.

Napas gadis itu memburu. Entah karena rasa sakit di selangkangannya, atau iustru karena ciumam panasnya dengan Genta. Bisa jadi malah perpaduan keduanya.

Genta sengaja tidak langsung nergerak, ia ingin membuat Beryl terbiasa dulu dengan miliknua di dalam sana. Rasanya pasti asing dan penuh, juga sakit jika Genta memaksa unruk lamgsung menggerakannya. Makanya Genta diam dulu untuk beberapa saat.

Setelah dirasa gadis itu sedikit lebih tenang, dan air matanyabberhrnti menetes, Genta meeyudahi ciuman mereka. Dia memanndang lekat pada wajah sang istri yang memerah setelaj ciuman panas mereka, sibuk mengisi paru-parunya dengan oksigen.

“Boleh aku gerakin?” tanya Genta. Nada bicaranya lembut, sementara satu tangannya mengusap sisi wajah Beryl yang hangat.

Gadis itu mengangguk kemudian, “Ingat, jangan kasar.”

Genta bukanlah tipe laki-laki yang akan mengingkari janjinya, oleh karenanya ia mengangguk. Tubuh Beryl sudah lebih rileks dari sebelumnya, meskipun satu tangannya berpegangan pada lengan Genta yang menyangga tubuhnya di atas kasur. Satu tangan yang lain Beryl gunakan untuk mencengkram sprei di sisi tubuhnya saat perlahan Genta mulai menggerakkan kejantannya du bawah sana.

Aneh, perlahan rasa sakit yang menyiksa tadi justru menghilang. Ia tidak merasakan apapun lagi selain rasa penuh juga nikmat di kewanitaannnya. Ia bahkan bisa dengan pervaya diri meminta Genta untuk mempercepat gerakanya yang tentu saja lngsung disanggupi pemuda itu.

Tadinya Beryl pikir milik Genta tidak akan muat di dalam kewanitaannya yang sempit. Namun ia salah, kejantanan besar dan berurat yang tadi diluhatnya ternyata bisa massk sepenuhnya di dalam sana. Meskipun rasanya begitu sempit dan penuh, tapi Beryl menyukainya.

“Fuck. Kamu sempit banget, Bey.” Genta kelepasan mengumpat disela hentakkannya pada kewaniataan sang istri.

Ternyata begini rasanya setelah miliknya berhasil masuk ke dalam sana, rasanya luar biasa nikmat dari yang sempat ia biarkan. Kejantanannya serasa dipijat kuat oleh dinding kewanitaan Beryl, dan rasa hangat di dalam sana memnuat Genta pening oleh sensasinya. Sekarang Genta mengerti mengapa bercinta sering disebut senagai surga dunia oleh kebnayakan orang, rasanya benar-benar luar biasa. Bisa tidak sih ia melakukan kegiatan ini setiap hari dengan Beryl? Baru pertama kali melakukannya saja Genta sudah kecanduan.

“Genh...” sebuah desahan lolos dari bibir Beryl saat Genta memasukkan miliknya terlampau dalam, bahkan berhasil menyentuh G spot miliknya.

Ia kembali merasa geli, sensasi layaknya kupu-kupu berterbangan di perutmya kembali hadir. Oh, ini nikmat sekali. Beryl menyesal kenapa tidak melakukan hal ini lebih awal dengan Genta.

AC di kamar ini seolah tak berguna, tubuh keduanya sudah banjir oleh keringat. Suara decitan ranjang seolah jadi backsound kegiatan mereka sore itu, dan pakaian yang berceceran di lantai seolah jadi hiasan yang menambah panas suasana hari ini. Bahkan dress seharga puluhan juta yang tadi dikenakan Beryl teronggok tak berdaya di lantai kamar ini, acara dinner yang semula ingin dilakukan pun dilupakan negitu saja.

Desahan keduanya beradu, diikuti oleh keringat yang mengalir di sekujur tubuh. Hentakkan Genta semakin menggila, payudara sang gadis ikut terguncang karenanya, suara khas kulit yang beradu dengan kulit juga turut mendominasi suara di kamar itu. Ah, ini benar-benar gila. Genta bahkan tidak peduli jika suara desahan mereka sampai terdengar dari luar. Namun, semoga saja tidak.

“Gen, aku mau keluar,” ucap Beryl disela desahannya seksinya itu.

Genta tersenyum, merunduk sejenak untuk mengecup kening sang istri dengan penuh kasih sayang. “Bareng, Bey.”

Setelahnya, Genta mempercepat kembali hentakkan pada milik Beryl. Memastikan miliknya masuk sedalam-dalamnya ke lubang kewanitaan gadis itu.

Milik Beryl terasa semakin panas, dinding vaginanya turut mengetat, meremas kuat milik Genta di dalam sana. Pemuda itu menggigit pipi dalamnya dengan nata terprjam, menikmati sensasi memabukkan ini dan merekamnya dengan jelas di ingatan. Genta tidak akam pernah melupakan pengalaman pertamanya ini dengan istri tercintanya.

“Gen...” punggung Beryl melengkung, membuat dadanya naik hingga menyentuh dada Genta yang telanjang begitu pelepasannya selesai.

Tidak lama kemudian oemuda itu menyusul. Ia memeluk Beryl erat-erat, memperdalam hentakkannya di kewanitaan gadis itu untuk memastikan spermanya menyembur habis di dalam sana. Namun ternyata miliknya keluar terlalu banyak, saking banyaknya hingga meluber keluar di lubang kewanitaan Beryl.

Tubuh Genta ambruk ke ranjang, bersebelahan dengan Beryl yang masih mengatur napasnya dengan susah payah setelah permainan panas mereka. Pemuda itu tersenyum dan memeluk tubuh saag istri setelah sebelumnya mendaratkan satu kecupan di bibir.

“I love you, Bey. Juga terima kasih buat semuanya.”

Beryl ikut tersenyum, menoleh pada Geta dan balas mencium bibirnya. “Love you too, Gen. Makasih juga buat semuanya, kamu luar biasa.”

Genta agak tersipu dipuji begitu. Oleh karenanya ia menutupi rasa malunya dengan melumat bibir Beryl sekali lagi, kali ini bukan sekesar kecupan karenan lidahnya kembali bermain di rongga mukut gadis iru. Tindakannya itu terancam akan berlanjut ke ronde kedua senadainya saja Beryl tidak lebih dulu menghentikannua.

“Udah cukup buat hari ini, aku capek.”

Pemuda iru tertawa, sebab salah fokus deng bibir istrinya. “Sejak kapan bibir kamu jado sebesar itu, Bry?”

“Ck, gara-gara kamu hisap terus jadi bengkak kan!”

“Siapa suruh punya bibir candu banget.”

Beryl merotasiman bola matanya jengah, ini sih jelas cuma alasan Genta saja. Pemuda itu kan memang suka mesum kalau lagi sama dia, Beryl sudah paham di luar kepala. Gadis itu mendorong dada Genta agar menjauh, namun pemuda itu terus menempelinya seperti baru saja diberi lem takbterlihat. Erat sekali, Beryl sampao sesak.

“Gen, sanaan ah. Badan kamu berat tau?”

“Masa sih? Perasaan aku ringan deh, kan masih bayi.”

Belum sempat Beryl memahami apa maksudnya, Genta sudah keburu mengulum putingnya sambil cengengesan. Tingkahnya barusan betulam seperti bayi, iya bayi besarnya Beryl.

Gadis itu terkekeh geli sembari mengusap rambut halus Genta dengan penuh sayang, tindakannya itu membuat si pemuda tersenyum senang dan makin semangat menyusunya meski ia tau tidak akn ada apa-apa yang keluar dari sana. Genta tidak peduli, ia hanua suka memainkan puting payudara Beryl dengan lidahnya. Menurutnya itu mengasyikkan, ditambah lagi tindakannya itu bisa membuat Beryk mendesah. Genta jadi makin suka, saking sukanya dia sampai gemas sendiri dan berujung menggigit puting di mulutnya itu hingga membuat si empunya menjerit tertahan.

“Jangan digigit aku bilang, sakit tau?!” Protes Beryl kesal sendiri.

Namun pemuda itu justru menatapnya dengaj wajah memelas, “Bey, mau lagi.”

“Apanya?”

“Kamunya.”

“Hah?”

“Ck, lnjut ke ronde yang kedua maksudku.”

Astaga, Genta ini apa tidak punya rasa lelah? Pafahao belul ada lima belas menit sejak ronde pertama mereka seleaai, sekarang dia malah minta lanjut ke ronde ke dua. Beryl saja masih agak ngos-ngosan.

Namun meskipun begitu, tetao saja Beryl tidak tega untuk mnolak. Gimana ya, masalahnya dia juga suka dengan permainan Genta. Mau ditolak ya dia juga yang rugi, lebih baik diiyakan saja.

Senang karena ajakannya diterima, Genta kembali mengurung Beryl di antara kedua kengannya yang menyangga tubuh. Pemuda itu merunduk untuk mengecup singkat kening sang istri seraya berkata,

“kali ini aku minnya agak kasar boleh ya? Lagi bersemangat soalnya.”

Si gadis lamgsung mendelik tidak terima, “Ya jangan dong! Nanti kalau besok pagi aku nggak nisa jalan gimana?”

“Justru itu, aku bakal bikin kamu nggak bisa jalan dan terus menempel sama aku besok pagi.”

“Gentala!”

Si pemuda tertawa puas, lalu berujung membungkam bibir Beryl dengan bibirnya sendiri. Si gadis kembali dibuat kewalahan oleh swmangat Genta. Radanya, bibirnya seperti dihisap habis oleh pemuda itu. Dijamin besok pagi pasti bakalan makin vengkak.

Kemudian ronde kedua itu dimulai, masih dengan Genta yang mendominasi permainan. Kali ini, ia jamin permainannya akan lebih panas dan kasar sari sebelumnya.