Berangkat Bareng

Eh, si ganteng datang.”

Rahel tersenyum sumringah kala membuka pintu rumah, sudah ada Cetta yang berdiri di sana dengan pakaian rapi. Sepertinya dia akan langsung pergi ke kampus setelah ini.

Pemuda itu sendiri hanya tersenyum manis seperti biasa, membalas pujian sekaligus sapaan Rahel padanya.

“Selamat pagi, Tante.”

“Pagi juga, Cetta. Mau ambil dompet Mami kamu ya?”

Cetta mengangguk sopan. “Hehe. Iya, Tan.”

“Masuk dulu sini, dompetnya ada di kamar Tante. Tante ambilin dulu.”

Pemuda itu menurut, lalu duduk di salah satu sofa ruang tamu begitu dipersilakan duduk oleh Rahel. Selagi Cetta menunggu, mata pemuda itu mengedar ke sekeliling ruang tamu yang sepertinya juga sekaligus dijadikan sebagai ruang keluarga. Fokusnya langsung tertuju pada foto Amel yang berada di salah satu figura, membuat Cetta tanpa sadar menggumamkan kata cantik dari bibirnya.

Tidak lama kemudian, yang ia katai cantik sudah berdiri di antara anak tangga. Kelihatan segar sehabis mandi dan sudah berpakaian rapi, kelihatannya Amel ada kelas pagi hari ini.

Loh, mau ambil dompet ya?”

Cetta mengangguk, sebelum kemudian balik bertanya pada gadis itu.

“Ada kelas pagi?”

“Iya nih, untungnya nggak telat.”

“Jangan keburu, ntar nabrak.”

Amel tau itu bentuk sindiran atas kejadian tempo hari saat Amel menabrak motor Cetta di parkiran. Gadis itu hanya bisa meringis malu lalu mengucap kata maaf sekali lagi, namun Cetta tidak kelihatan ambil pusing.

Tidak lama setelahnya Rahel kembali menghampiri Cetta dengan dompet milik Bunga di tangannya.

“Kasih tau Bunga, naruh barang penting tuh jangan sembarangan.”

“Iya nih Mami emang suka kebiasaan,” sahut Cetta setengah bergurau.

“Kamu abis ini mau langsung ngampus, Ta?”

“Iya, Tan. Setengah jam lagi masuk,”

“Nggak ada boncengan kan? Amel nebeng kamu aja gimana? Kalian berangkat bareng, dia juga mau ke kampus.”

Amel langsung buru-buru menyahut. “Ma, aku bisa berangkat sendiri kok!”

Lagipula dia juga tidak enak hati pada Cetta, mana nggak akrab pula masa tiba-tiba nebeng sih. Kebayang deh bagaimana canggungnya mereka di perjalanan nanti.

“Ikut Cetta aja lah, kalian kan sekampus juga. Cetta nggak keberatan kan?”

Meskipun dikenal dengan reputasi yang kurang menyenangkan di kampus, kalau di depan Mami dan teman-temannya Mami sih Cetta pasti langsung jaga image dan bersikap layaknya anak baik calon idaman semua mertua. Jadi untuk menjaga image-nya tersebut, Cetta akan melayangkan senyum kalemnya seperti biasa sambil mengangguk.

“Nggak keberatan kok, Tan. Ayo aja kalau Amel mau bareng.”

Si gadis melongo di tempatnya berdiri, setengah tidak percaya kalau Cetta akan menyanggupi permintaan Mamanya tersebut. Padahal kalau bisa, Amel harap Cetta menolak saja. Kalau begini kan dia jadi tidak punya pilihan lain selain ke kampus bareng Cetta.

“Bagus kalau gitu, lumayan kan kalian jadi bisa akrab,” Rahel tersenyum senang sembari menepuk gemas pipi kiri Cetta. “Ya udah berangkat sana, nanti telat loh.”

“Iya, Tan. Kami berangkat dulu ya,” pamit Cetta seraya mencium punggung tangan Rahel, sebelum kemudian diikuti pula oleh Amel.

Kemudian keduanya berjalan beriringan keluar rumah dengan Rahel yang masih setia memandangi punggung mereka dengan senyum di wajah.

“Pinter juga akal-akalan si Bunga buat bikin Amel sama Cetta deket.”

“Cetta kelihatannya juga anak baik-baik, semoga saja mau dijadiin mantu.”